Jumat, 17 Januari 2025

MUSUH MENJADI TEMAN

 INSPIRASI TINGKAT TINGGI.

RUGI JIKA TIDAK MEMBACA TERLEBIH LEBIH UNTUK MELAKUKANNYA.


Di suatu sore yg tenang di Akademi, Aristoteles sedang duduk di bawah pohon dengan beberapa murid yg berkumpul di sekelilingnya. Salah satu murid mengangkat tangan untuk bertanya.
Murid: Saya pernah dengar perkataan guru yaitu " cinta dapat mengubah musuh menjadi teman". “Guru, bagaimana mungkin cinta bisa mengubah musuh menjadi teman? Bukankah musuh dan cinta adalah dua hal yang bertolak belakang?”
Aristotelespun tersenyum: “Pertanyaan yg bagus nak. Pikirkanlah, apakah kamu pernah melihat api dan air dalam suatu tempat yang sama?”
Murid: “Tidak, Guru. Api dan air tidak bisa hidup berdampingan. Jika air terlalu banyak, api akan padam. Jika api terlalu kuat, air akan menguap.”
Aristoteles: Tepat. Begitu pula dengan cinta dan kebencian. Kebencian seperti api yang dapat membakar dan menghancurkan hubungan. Sedangkan cinta adalah seperti air yang menenangkan. Saat kamu menuangkan air pada api kebencian, api itu akan mulai padam. Dengan kata lain, cinta memiliki kekuatan untuk meredakan dan menetralkan kebencian.”
Murid: “Lalu, bagaimana cinta bisa mengubah musuh yang membenci kita menjadi teman?”
Aristoteles: “Musuh ada karena kesalahpahaman, ketakutan, atau luka. Ketika kita merespon dengan kebencian, kita hanya memberi bahan bakar pada api permusuhan. Tetapi jika kita merespon dengan cinta – dengan memahami mereka, mengampuni, atau bahkan menunjukkan kebaikan – kita memberi air pada api itu.”
Muridpun Tersenyum samar: “Jadi, dgn cinta kita bisa menghentikan api kebencian di antara kita?”
Aristoteles: “Betul sekali. Bayangkan dua orang yg sedang bertengkar. Mereka masing-masing membawa api kebencian di dalam hati mereka. Namun, jika salah satu dari mereka berhenti bertengkar dan menawarkan air cinta, yaitu empati, pengertian, dan kebaikan, maka api dalam diri mereka berdua perlahan padam. Yang tersisa hanyalah ketenangan dan kesempatan untuk membangun hubungan baru.”
Murid: “Apakah itu tidak sulit, Guru? Bagaimana jika musuh kita tidak mau berhenti dan terus memusuhi kita?”
Aristoteles: “Memang tidak mudah. Seperti menaklukkan badai besar dengan hanya berbekal sampan kecil. Namun, di situlah letak kekuatan cinta. Bukan cinta yang lemah dan mudah putus asa, melainkan cinta yang gigih dan sabar. Cinta tidak menuntut balasan segera, tetapi ia menanam benih yang bisa tumbuh dalam hati orang lain, bahkan jika pada awalnya ditolak.”
Murid: “Jadi, cinta bukan hanya perasaan, tapi kekuatan yang besar?”
Aristotelespun tersenyum lebar: “Tepat. Cinta adalah kekuatan yang mampu menyentuh hati yg paling keras, dan perlahan tapi pasti, mengubah musuh menjadi teman. Seperti air yang terus-menerus menetes di atas batu. Mungkin butuh waktu, tapi pada akhirnya, bahkan batu yang keras pun bisa terukir".
Muridpun Tersenyum penuh pemahaman: “Sekarang saya mengerti, Guru. Cinta bukan hanya soal perasaan, tapi juga tindakan yang sabar dan gigih.”
Aristoteles: “Benar. Dan ingatlah, keberanian untuk mencintai ketika yang lain membenci adalah tanda kebijaksanaan sejati.”
---
Ini menyadarkan pada kita bahwa cinta, dengan sifatnya yang sabar dan gigih, dapat memadamkan kebencian dan menciptakan jembatan yang harmonis. Seperti air dan api, cinta adalah kekuatan yang bisa mengubah bahkan permusuhan yang paling keras menjadi perdamaian dan persahabatan.👇👇
Terus pantau Teropong Filsafat untuk cerita filosofi menarik lainnya.
Aristoteles filsuf Yunani kuno

Copas dari status Facebook Bapak Amizaro Waruwu, https://www.facebook.com/share/p/18WRacRJe6/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar